Selasa, 23 September 2014

MENGATASI INSOMNIA

BEBERAPA TIPS MENGATASI INSOMIA



* Buatlah waktu tidur dan bangun yang teratur, dan tetap ikuti jadwal ini sekalipun kalian sedang libur. * Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur. Bukan untuk membaca, nonton televisi, atau bahkan bekerja. Terlalu lama berada di atas tempat tidur dapat memecah-mecah siklus tidur normal.

* Bila tidak perlu, sebaiknya hindari tidur siang, atau sore.

* Lakukan latihan fisik sebelum makan malam. Latihan fisik yang dilakukan dekat dengan jam tidur malah akan membuat kalian menjadi mudah terjaga.

* Mandi dengan air panas, paling baik dilakukan 1½ – 2 jam sebelum tidur. Hal ini akan mengubah irama suhu inti tubuh dan membantu untuk tertidur lebih mudah dan lebih lama. Hindari mandi beberapa saat sebelum tidur.

* Lakukan aktivitas relaksasi sedikitnya ½ jam menjelang tidur, seperti membaca bahan yang ringan atau meditasi.

* Jaga agar suhu kamar relatif sejuk dan memiliki ventilasi yang baik

* Saat tidur jangan melihat jam berulang kali. Kalian akan mudah terobsesi dengan waktu sehingga justru akan sukar untuk mengantuk.

* Makan malam sebaiknya ringan dan dijadwal sedikitnya 4 – 5 jam sebelum waktu tidur. Kadang-kadang makanan ringan sebelum tidur dapat membantu, namun bila kalian makan banyak sebelum tidur dapat memberi efek sebaliknya.

* Biasakan mendapat sinar matahari pagi sedikitnya ½ jam setiap hari.

* Hindari minum terlalu banyak, terutama yang mengandung kafein, sebelum tidur agar tidur tidak terganggu oleh keinginan untuk buang air kecil.

* Jika kalian masih terjaga setelah 15 atau 20 menit, pergilah ke ruangan lain yang cahayanya redup dan lakukan aktivitas ringan yang tenang. Hindari nonton televisi atau beraktivitas pada ruangan yang terang.

* Metode lain yang juga dapat dilakukan adalah mengubah cara berpikir kalian. Umumnya bila sulit tidur, akan memaksa tidur sambil memejamkan mata dan berulang-ulang berpikir untuk tertidur. Lakukanlah hal sebaliknya!!! tetap buka mata kalian sambil berpikir untuk tetap terjaga (seperti hendak begadang). Kenyataannya, seringkali justru dengan berpikir untuk tetap terjaga, kalian malah akan mengantuk.

Semoga bermanfaat.


@PendakiJakarta

Senin, 15 September 2014

Pendaki Gunung BUKANLAH hanya Gelar yang cuma untuk Gagah-gagahan dan sekedar Simbol saja".

"Pendaki Gunung BUKANLAH hanya Gelar yang cuma untuk Gagah-gagahan dan sekedar Simbol saja".


Banyak hal yang perlu diperhatikan sebelum kita melakukan kegiatan pendakian gunung.
Barang kali ada diantara kita masih ada yang pemula dalam kegiatan pendakian.
Sebelumnya kami mohon maaf, ini tidak ada maksud untuk menggurui, namun ini hanya bentuk tanggung jawab kita untuk saling berbagi ilmu
Semoga ilmunya bermanfaat yaa,, Silahkan disimak...



Milikilah pengetahuan tentang ilmu pendakian sebelum memulai mendaki. Jika kita ingin melakukan pendakian ke suatu tempat namun kita masih merasa kurang pengetahuan, usahakan melakukan perjalanan dengan orang yang sudah pernah ke tempat tersebut/yang lebih berpengalaman. Sebelum kita memulai pendakian, alangkah baiknya kita mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang medan/gunung yang akan kita daki agar bisa menyiapkan segala kebutuhan dan perlengkapan yang dibutuhkan saat pendakian. Dan perlu diingat, "Jangan menomor duakan keselamatan yang hanya karena sebuah ambisi utk menggapai sebuah puncak". 




Mendaki gunung itu adalah suatu kegiatan yang keras, penuh petualangan, membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan, dan daya juang yang sangat tinggi dalam melakukannya. Puncak adalah tujuan, tapi bukanlah yang utama. Yang utama adalah prosesnya dalam menggapai sebuah puncak itu sendiri. Pada umumnya orang menganggap bahwa mendaki gunung itu apabila sudah sampai puncaknya, maka itulah yang namanya "Keberhasilan". Nah,  "Keberhasilan yang sungguh-sungguh bernilai tinggi" adalah justru apa yang telah di dapat / di pelajari dalam proses pendakiannya, Dan kepuasan terbesar sesungguhnya bukanlah karena kita telah sampai dipuncak gunung tersebut, tetapi karena kita telah melalui tantangan yang terasa begitu berat. Gunung bukanlah untuk di taklukkan, Karena, bukanlah gunung ataupun lautan yang kita taklukan, Tapi, "hawa nafsulah yang harus kita taklukan".
Jangan pernah meremehkan setiap peraturan/tata tertib yang ada di suatu daerah/tempat, walaupun itu kita anggap aneh dan tidak masuk akal. Mendaki itu janganlah hanya sekedar mendaki, ambil dan pahamilah semua pelajaran yang kita dapat saat pendakian, dan terapkanlah dalam kehidupan kita sehari-hari..
Tidak ada seorangpun Pendaki Gunung Sejati yang rela mati konyol saat mendaki, yang hanya dikarenakan minimnya pengetahuan tentang pendakian. Seorang pendaki gunung pada dasarnya menghadapi dua jenis rintangan ketika melakukan kegiatannya. Satu kata dalam berkegiatan di alam terbuka adalah “Alam tak kenal kata kompromi”. Di saat lengah dan takut alam dapat membunuh seorang petualang / pendaki. Seseorang yang profesional sekalipun mempunyai resiko yang sama ketika ia menempatkan dirinya di alam bebas. 



Untuk melakukan segala aktivitas apa pun perlu adanya perencanaan yang matang. Begitu pun dalam hal pendakian, perencanaan yang matang perlu sekali dipikirkan sebelum perjalanan pendakian dimulai. Semakin matang kita merencanakannya, maka risiko dalam perjalanan pendakian akan dapat diminimalisasi.
Akhir-akhir ini banyak kejadian kecelakaan dalam kegiatan di alam terbuka yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan maupun keterampilan yang dimiliki oleh para penggiatnya. Sesungguhnya hal ini dapat dihindarkan dengan memberikan pembekalan pengetahuan dan keterampilan sehingga para penggiat kegiatan alam terbuka mempunyai kemampuan yang memadai.



Dalam merencanakan dan melakukan perjalanan, tentunya harus dilakukan persiapan yang baik, sehingga kegiatan dapat dilakukan dengan aman dan nyaman, sehingga dapat pulang dengan selamat. Setiap penggiat juga harus membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengatasi kesulitan yang mungkin saja muncul, seperti kecelakaan, sakit, atau tersesat.
Faktor keselamatan (safety) harus dijadikan kerangka berfikir dalam berkegiatan di alam terbuka. Untuk keadaan berbahaya, dapat dilakukan penggolongan faktor penyebabnya, yaitu bahaya subyektif dan bahaya obyektif. Bahaya subyektif adalah potensi bayaha yang berada dibawah kendali manusia yang melakukan kegiatan. Contohnya, minimya pengetahuan tentang kegiatan di alam bebas,pemilihan alat yang salah, cara penggunaan peralatan yang tidak dikuasai dengan baik dan lain-lain. Bahaya obyektif adalah bahaya yang berada di luar kendali manusia, misalnya badai, banjir, panas, dan lain-lain. Semakin subyektif suatu bahaya maka akan semakin dapat diperkirakan terjadinya dan dapat dihindarkan. Sebaliknya, semakin obyektif suatu bahaya maka akan semakin sulit diperkirakan dan sulit dihindarkan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan kegiatan di alam terbuka guna menjadikan kegiatan yang akan dilaksanakan menjadi kegiatan yang tetap mengutamakan kenyamanan serta keselamatan.



Keberhasilan suatu kegiatan di alam terbuka juga ditentukan oleh perencanaan perlengkapan dan perbekalan yang tepat. Dalam merencanakannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
  • Kenalilah jenis medan yang akan dihadapi (misal : hutan, rawa, tebing, dll)
  • Tentukanlah tujuan perjalanan (misal : penjelajahan, pelatihan, penelitian, kemanusiaan/SAR, dll)
  • Ketahuilah lamanya perjalanan
  • Ketahuilah keterbatasan kemampuan fisik untuk membawa
  • Perhatikan hal-hal khusus (misal : obat,-obatan tertentu, dsb)
Setelah mengetahui hal-hal tersebut, maka kita dapat memilih perlengkapan dan perbekalan yang sesuai dan selengkap mungkin, tetapi bebannya tidak melebihi kemampuan kita dalam membawanya.Dan jangan merasa diri kita kuat lalu kita membawa beban yang berlebihan/semau kita.Perhitungan beban total untuk perorangan sebaiknya tidak melebihi sepertiga berat badan (15-20kg).

Dari kegiatan penjelajahan kita mengenal beberapa jenis perjalanan yang disesuaikan dengan medannya, yaitu :
  • Pendakian Gunung
  • Perjalanan Menempuh Hutan Rimba
  • Penyusuran Pantai, Sungai atau Rawa
  • Penyusuran Gua
  • Pelayaran
  • Perjalanan Ilmiah
  • Perjalanan Kemanusiaan
Dan dari setiap kegiatan tersebut, kita dapat mengelompokkan perlengkapan yang dibawa sebagai berikut :
  1. Perlengkapan dasar, meliputi : perlengkapan untuk pergerakan, ; perlengkapan untuk memasak, makan, minum ; perlengkapan untuk MCK ; perlengkapan pribadi
  2. Perlengkapan Khusus, meliputi : perlengapan penelitian (misal: kamera, buku, dan alat-alat khusus lainnya) ; perlengkapan penyusuran sungai (misal : perahu, dayung, pelampung, dll) ; perlengkapan pendakian tebing (misal : tali, carabiner, chock, piton, dsb)
  3. Perlengkapan tambahan perlengkapan ini dapat dibawa atau tidak, misal : semir, kelambu, gaiter, dll
Tahapan dalam perencanaan perjalanan adalah sebagai berikut :
  1. Kita harus dibekali dengan kemampuan untuk memilih, mengatur, serta menggunakan perlengkapan dan perbekalan ; kemampuan teknis menggunakan alat bantu perjalanan, seperti peta dan kompas ; kemampuan berkemah (camp craft) seperti membuat bivak dan api. Penguasaan keterampilan ini akan membantu kita mengatur teknik berjalan di gunung hutan, menebas dengan efektif, maupun mengatur konsumsi makan dan minum.
  2. Diperlukan kemampuan fisik yang baik, sehingga selain diperlukan kondisi tubuh yang sehat, juga diperlukan latihan fisik yang sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan. Misalnya untuk pendakian gunung, latihan fisik naik turun bukit dapat dilakukan dalam persiapan perjalanan, selain itu juga latihan mengangkat beban (ransel).
  3. Diperlukan mental yang siap untuk menghadapi kegiatan berat di alam. Hal ini tidak dapat diajarkan oleh pelatih, namun harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri. Penguasaan yang baik pada tiga ketrampilan lainnya akan sangat membantu.
  4. Diperlukan pemahaman yang baik terhadap kondisi alam yang akan dihadapi dan mencakup bagaimana memilih waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan dan bagaimana cara mengantisipasi kesulitan yang mungkin terjadi.


Pendaki gunung itu bukanlah hanya gelar yang cuma untuk Gagah-gagahan dan sekedar simbol saja. Karena kesombongan itu bukanlah pada manusia tempatnya dan buat apa kita berbusung dada yang hanya karena kita sebagai anggota pecinta alam dan bahkan mungkin pengetahuan kita pun tentang pendakian belumlah seberapa. Dan mendaki gunung itu jangan hanya asal mendaki, jangan hanya sekedar ikut-ikutan semata-mata karena hanya ingin dinilai bahwa kita adalah pendaki gunung/anak gunung/anggota pecinta alam. Dan jangan karena sebuah film kita jadi ingin langsung merasakan mendaki gunung (korban film). Perlu di ingat bahwa, mendaki gunung itu Nyawalah taruhannya. Karena banyak dari korban yang tewas di gunung disebabkan antara lain karena minimnya pengetahuan tentang pendakian serta menomor satukan ego ketimbang keselamatannya. "Kita ditempa bukan untuk berani mati, tapi kita ditempa untuk berani hidup". Carilah ilmu atau pengetahuan sebanyak mungkin sebelum melakukan kegiatan ini.

Dan satu hal lagi yang wajib dan penting untuk diperhatikan dalam kegiatan di alam bebas adalah masalah "SAMPAH". Sangat super jarang sebuah organisasi/kelompok pecinta alam yang mengupas masalah sampah di gunung saat menyampaikan atau memberikan materi atau pendidikan kepecintaan alaman. Kebanyakan yang ditemui hanyalah sekedar mengingatkan supaya membawa turun kembali sampah saat mengadakan pendakian. Dan sangatlah jarang atau bahkan tidak ada materi tentang sampah atau bahayanya sampah yang diberikan. Kebanyakan pengetahuan tersebut di dapat melalui seminar-seminar tentang kebersihan. Nah, di organisasi saja sudah begitu apalagi yang berasal dari non organisasi/perorangan. Gunung tidaklah sama seperti kota yang memiliki banyak petugas kebersihan. Oleh karena itu kebersihan di gunung/hutan adalah tanggung jawab para pendaki sendiri dan bukanlah tanggung jawab pemerintah ataupun warga setempat. Bermacam-macam gaya kita bisa lakukan di gunung, tapi cuma satu gaya yang sangatlah terpuji dan patut di contoh, yaitu "Membawa sampah turun kembali".
Jangan pernah mempunyai anggapan,"Anggap gunung itu rumah kita sendiri". Sebab biasanya orang yang punya anggapan seperti ini akan berbuat seenaknya saja karena merasa rumahnya sendiri. Untuk membersihkan rumahnya saja sudah ogah-ogahan, gimana untuk membersihkan gunung..??
Anggap diri kita ini adalah tamu, Jika kita menganggap diri kita adalah tamu, maka kita pun akan menghormati tuan rumahnya dan tidak akan seenaknya berbuat. Jadilah tamu yang mempunyai sopan santun, datang memberi salam kepada semua yang di rumah kita sopan santun pulang pun memberi salam, jangan seperti maling, Datang tanpa salam lalu merusak, mencuri, dan lain-lain pulang pun tanpa salam.
Kita pun bertekad untuk menjadi pendaki yang bertanggung jawab dengan limbah/kotoran kita.Selain kita masih ada anak cucu kita yang nantinya juga akan merasakan atau menikmati indahnya alam ini.
Selanjutnya, jika ada yang mencemari bahkan merusak, kewajiban kita adalah untuk saling mengingatkan. Dengan mengingatkan saja itu merupakan bentuk kepedulian kita untuk dirinya, lingkungan dan warga. Marilah kita berlomba-lomba untuk saling mengingatkan dalam kebaikan.














Permalink gambar yang terpasang

Perlu di ingat:

"Gunung bukanlah tempat sampah"
Marilah kita mulai dari diri kita masing-masing, tanamkanlah rasa kepedulian kita yang tinggi terhadap kebersihan alam ini, sebab :
"KITA TIDAK BISA MEMUSNAHKAN SAMPAH HINGGA TUNTAS, TAPI KITA HANYA BISA MENGURANGINYA ATAS KESADARAN DARI DIRI KITA MASING-MASING". 
"Bawalah turun kembali sampah kalian saat melakukan pendakian".

Janganlah jadi pendaki yang hanya menikmati keindahan alamnya saja dan tidak memperhatikan / memperdulikan kebersihannya. Buktikan bahwa kita adalah pendaki profesional yang mendaki tidaklah asal mendaki.

3 Etika yang merupakan prinsip dasar dalam kegiatan petualangan yaitu :
*Take Nothing But Picture
*Leave Nothing But Footprint
*Kill Nothing But Time.







Oh alam,,, engkau adalah korban keangkuhan,, Maafkan mereka yang merusak, mencorat-coret, mengotori dirimu... mereka adalah orang-orang yang tak mengerti akan arti kehidupan..

Manusia yang baik adalah manusia yang tidak merusak lingkungan....!!!




by: @PendakiJakarta
Picture Cc: @Trashbagcomm

Rabu, 03 September 2014

Pendaki Harus Bisa Mandiri

PENDAKI SELALU BERUSAHA BERDIRI SENDIRI TANPA HARUS BELAS KASIH ORANG LAIN


Menaklukkan puncak gunung bukanlah tujuan utama dan bukan pula tujuan satu-satunya dari sebuah pendakian. Mendaki gunung itu bukan untuk menaklukkan alam/gunung, tetapi justru untuk menaklukkan diri sendiri. Dengan menghancurkan ego pribadi, seorang pendaki sejati bisa berdamai dan bersahabat dengan dirinya sendiri. Puncak yang paling tinggi dari pendakian itu adalah menaklukkan ego, kemanjaan, serta sifat individualis. Makna sebuah pendakian itu sendiri bukanlah hanya untuk mengejar sebuah puncak gunung yang sedang didaki. Pencapaian puncak tertinggi akan lebih bermakna jika sampai ke puncak bersama dengan rombongan walau dalam keadaan susah dan senang.
3 prinsip bagi para pendaki, yaitu;
1) Jangan mengambil sesuatu kecuali gambar
2) Jangan meninggalkan sesuatu kecuali jejak
3) Jangan membunuh sesuatu kecuali waktu.

3 hal itulah yang selalu tertanam di benak & sanubari sang pendaki sejati. Sehingga mereka menjadi pribadi yang santun & pengertian. Jika tidak, maka patutlah kita mengatakan bahwa ia bukanlah seorang pendaki, tapi ia hanyalah seorang "pecundang".

Jadilah Pendaki Sejati yang benar-benar menjunjung tinggi nilai-nilai Kode Etik dan Prinsip/Etika Pecinta Alam. Mendaki gunung itu adalah kebersamaan, persaudaraan, dan saling ketergantungan antar sesama. Para pendaki bukanlah orang-orang yang tak berguna.Tetapi mereka adalah jiwa2 yang tulus dan penuh rasa menghargai.
Dan tidaklah mudah untuk bisa menjadi salah satu dari mereka. Karena di butuhkan orang2 yg memiliki perasaan yg sama tentang alam semesta, yaitu cinta. Prinsip seorang pendaki adalah, bahwa ketika kita peduli dengan alam, berarti kita telah peduli dengan kehidupan. Dalam sikap yang peduli dengan kehidupan itu, maka kita pun bisa lebih peduli dengan saudara, tetangga, bahkan musuh kita sendiri.
Mendaki gunung adalah suatu kegiatan yang keras, penuh petualangan, membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan, dan daya juang yg tinggi. Gunung dengan segala aspeknya merupakan lingkungan yang asing bagi organ tubuh kita, lebih-lebih bagi mereka yang hidup di dataran rendah. Itulah sebabnya mengapa kita memerlukan perlengkapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan di gunung. Bahaya dan tantangan yang seakan hendak mengungguli, merupakan daya tarik dari kegiatan ini.
Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah menguji kemampuan dirinya untuk bersekutu dengan alam yang keras. Perlengkapan yang baik adalah salah satu usaha untuk mengurangi bahaya di gunung, baik obyek maupun subyek. Keberhasilan suatu pendakian yang sukar dan sulit brarti keunggulan terhadap rasa takut dan kmenangan thdp perjuangan mlawan dirinya sendiri.
Jangan remehkan peraturan-peraturan yang ada di suatu daerah / tempat, walaupun itu kita anggap tidaklah masuk akal.

Kalo akhir-akhir ini terlansir berita mengenai kecelakaan di gunung, dan kesalahan banyak dilakukan oleh si pendaki itu sendiri. Tidak ada seorangpun Pendaki Sejati yang rela mati konyol saat mendaki, yang hanya dikarenakan minimnya pngetahuan ttg pendakian.

Satu kata dalam berkegiatan di alam terbuka, yaitu :
“Alam Tak Kenal Kata Kompromi”.

Seseorang yang profesional sekalipun mempunyai resiko yang sama ketika ia menempatkan dirinya di alam bebas. Di saat lengah dan takut alam dapat membunuh seorang petualang/pendaki.
Utamakan keselamatan dan kebersihan di setiap pendakian.


@Pendaki Jakarta

Selasa, 02 September 2014

Berpetualang Di Alam Bebas

Berpetualang Di Alam Bebas Itu Tak Cuma "Having Fun"

 

Indonesia memiliki tekstur alam yang lengkap, mulai pantai, gunung, sungai, dan danau. Masing-masing tempat tersebut memiliki ciri khas masing-masing. Contohnya, pantai berpasir putih di Anyer, taman edelweis di Gn. Papandayan, atau kawah di Gn. Tangkuban Perahu.
Warna-warni alam ini yang sangat mendukung kegiatan para petualang. Anda cukup memilih ingin menjelajah ke daerah mana. Hal ini pula yang menjadi daya tarik turis mancanegara untuk berwisata ke tanah air. Begitu banyak pilihan tempat yang kita tawarkan.
Hobi bertualang ternyata tidak sekedar mencari kesenangan. Tahukah Anda, begitu banyak manfaat yang bisa didapat dari aktivitas ini.
Pertama, melatih manajemen diri. Kegiatan semisal mendaki gunung bukanlah aktivitas yang serta-merta dapat langsung Anda lakukan. Saat sarapan Anda terpikir untuk mendaki sebuah gunung, dan siangnya langsung berangkat. Tentu tidak bisa seperti itu. Terlalu banyak resiko yang akan terjadi.
Kegiatan di alam bebas termasuk mengandung bahaya, sehingga dibutuhkan perencaaan yang matang. Bukan hanya perencanaan, karena fungsi manajemen  mencakup Planning (perencanaan), Organizing (mengorganisasi), Actuating, dan Controlling.
Perencanaan dimulai dengan menentukan tujuan Anda kemana, waktunya kapan, dan berapa lama. Dari tiga poin ini, Anda dapat mengukur kebutuhan operasi (pergerakan), perbekalan, logistik, transportasi, administrasi, dan pembiayaan. Semakin berat medan yang dituju, maka semakin rumit pula perencanaannya.
Organizing dilakukan setelah Anda membuat perencanaan. Bagilah tugas bersama tim, dan usahakan menjalankannya dengan komitmen. Siapa yang bertanggung jawab masalah perbekalan, administrasi, bendahara, dll harus melaksanakan tugas secara profesional. Dengan mengorganisasi, diharapkan Anda dan tim lebih siap melakukan perjalanan.
Kemudian,  Anda tinggal melakukan perjalanan sesuai dengan daftar operasi yang sudah dibuat. Bila ada perbedaan, contohnya biaya bus lebih mahal, bisa dijadikan catatan. Siapa tahu bisa menjadi bahan referensi untuk perjalanan selanjutnya ataupun kerabat Anda.
Operasi ini juga didukung oleh fungsi controlling, agar perjalanan semakin sesuai dengan perencanaan. Bila sesuai, tentu saja perjalanan akan lebih aman dan menyenangkan. Bahaya yang mengancam, seperti hujan, dingin, dan track yang berat, sudah terprediksi. Itulah manfaat kegiatan alam bebas dalam hal melatih manajemen.
Kedua, menumbuhkan sikap-sikap positif. Mulai dari segi manajemennya, Anda sudah dilatih untuk bersikap tanggung jawab, konsisten, dan kooperatif. Lebih lanjut, ketika sudah terjun melakukan kegiatan, diharapkan Anda mempunyai sikap berani, kreatif, dan sigap.
Berani berarti hati yang mantap disertai rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya dan kesulitan. Bahaya dan kesulitan tersebut tentu saja yang masih dalam batas ‘bisa ditangani’.
Memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan, atau membuat sesuatu yang beda. Itulah makna kreatif, yang juga dapat dilatih dengan berkegiatan di alam bebas. Contohnya, Anda bisa menggunakan daun pisang untuk alas makan, ataupun Anda dapat membuat alas empuk dari rerumputan untuk alas tidur.
Kondisi alam yang tidak bisa terprediksi, semisal langit yang cerah tiba-tiba hujan, tentu menuntut penanganan. Hal inilah yang melatih kesigapan. Sigap mengandung makna tangkas, cepat, dan kuat.
Pada akhirnya, semua sikap yang Anda bentuk dari kegiatan di alam bebas diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, menyalurkan hobi. Anda dapat mensinergikan hobi dengan kegiatan bertualang. Contoh, sambil melakukan perjalanan Anda melatih minat fotografi, menulis (puisi, pengalaman, berpen), atau melukis. Kaum hawa pun bisa menyalurkan hobi memasaknya dalam suasana yang lebih asri. Pasti mengasyikan melakukan hobi di alam terbuka.
Anda yang memiliki jiwa seni, tentu saja senang menghabiskan waktu di luar ruangan. Inspirasi kerap muncul dari warna-warni alam. Lakukanlah penghayatan, dan selanjutnya pikiran Anda akan terstimulasi untuk menciptakan sesuatu.
Keempat,  lebih mengetahui diri. Secara fitrah, manusia adalah makhluk individu juga makhluk sosial, yang artinya Anda tidak bisa hidup tanpa orang lain. Namun, ada kalanya Anda butuh waktu untuk berinteraksi dengan diri sendiri.

Semilir angin pantai, sejuk hijaunya pepohonan, dan gemericik air sungai mampu membawa suasana yang menyenangkan. Hal ini tentu saja berpengaruh positif bagi jiwa. Anda pun dapat berinteraksi dengan diri sendiri dalam situasi ini. Biarkan pengalaman masa lalu menjadi halaman awal buku yang kembali Anda buka. Coba renungkan segala pencapaian dan kegagalan yang Anda alami. Selanjutnya, Anda dapat menghasilkan energi positif untuk menghadapi hari esok.
Selain dari segi batiniah, Anda juga dapat mengetahui diri secara lahiriah (fisik). Seberapa jauh kekuatan kaki Anda melangkah, berapa kuat Anda menanggung beban ransel, atau berapa jauh Anda dapat berenang. Selanjutnya, Anda akan mencoba untuk menjalani petualangan sekuat mungkin.
Pada akhirnya, pengenalan fisik diri sendiri membawa Anda kepada pola hidup yang lebih sehat. Karena merasa kurang atau ingin menambah kemampuan, Anda akan terdorong untuk melatih tubuh.
Kelima, membentuk kecintaan terhadap lingkungan. Setelah bertualang, ada sebuah keinginan untuk Anda kembali ke tempat ini, ataupun merekomendasikannya kepada kerabat. Anda kemudian merasa terpanggil untuk menjaga alam, minimal tidak membuang sampah sembarangan. Sikap ini tidak hanya bermanfaat untuk alam dan Anda sendiri, tetapi juga orang lain yang turut serta menikmati keasriannya.
Kecintaan terhadap lingkungan bukanlah hal yang remeh. Lihat saja kondisi kota-kota besar yang sekarang semakin menjemukan. Motor, mobil, dan bus memenuhi jalan, mengepulkan CO2. Rumah-rumah saling berhimpitan. Lahan hijau pun menipis, termasuk pula tempat pembuangan sampah yang ideal. Parahnya, sampah dapat dibuang dimana saja sesuka hati. Tidak ada aturan yang diaplikasikan dengan tegas.
Jangan heran bila banjir kerap tiba. Sampah telah menyumbat saluran pembuangan, sehingga air hujan pun menggenang. Sistem respirasi tanah tidak berjalan, karena tanahnya sudah berganti dengan aspal. Oleh karena itu, sikap cinta terhadap lingkungan penting adanya. Hal ini berguna untuk menjaga kelestarian alam yang berdampak pada kehidupan manusia.
Itulah 5 manfaat bertualang di alam bebas. So, kapan Anda akan memulai petualangan?


 

@PendakiJakarta

Sabtu, 30 Agustus 2014

Menentukan Arah Pada Peta Serta Tanda-Tanda Alam

Menentukan Arah Pada Peta dan Tanda-Tanda Alam





Peta merupakan alat bantu yang kita gunakan untuk mengetahui atau mempelajari kondisi lapangan suatu wilayah. Kita dapat mengetahui bahwa pada peta terdapat beberapa informasi yang bisa kita dapatkan dan kita baca. Salah satu faktor yang dapat kita baca pada peta adalah penunjuk arah mata angin.

Membaca arah pada peta merupakan pekerjaan yang mudah, kita cukup memperhatikan komponen wajib pada suatu peta yaitu orientasi/penunjuk arah. Orientasi/penunjuk arah merupakan komponen peta yang dapat kita amati dari bentuknya yang bervariasi, tetapi pada dasarnya sama. 

Simbol orientasi/penunjuk arah pada peta umumnya berupa simbol dengan gambar 4 sudut bintang yang setiap sudutnya menginformasikan arah mata angin. Pada umumnya yang tertulis adalah arah Utara atau biasa disimbolkan dangan huruf U atau N (north) di atas tanda penunjuk arah.

Menentukan arah pada peta bukanlah pekerjaan yang sulit, tetapi menentukan arah pada peta kemudian mengaplikasikannya dengan kondisi di lapangan kadang akan sulit. Karena kadang kala kita akan mengalami posisi “bingung arah” di tempat-tempat tertentu, terutama tempat-tempat yang baru sekali atau jarang kita datangi.

Pada saat kita mengalaminya kadang kita sudah merasa benar menghadap ke arah mana, tetapi ternyata kita malah menghadap ke arah yang salah. Misal kita sudah mengarah ke timur tetapi perasaan kita menghadap utara dll.

Lalu bagaimana cara mengatasi masalah tersebut? Ada banyak cara dapat kita gunakan untuk menentukan arah di lapangan. Cara-cara ini merupakan cara yang dapat kita gabung atau cara merupakan media alternatif jika ada kesulitan dalam menggunakannya, antara lain :

1. Cara yang mudah pertama kali adalah menggunakan kompas. Pada kompas terdapat jarum dan busur penunjuk arah yang akan selalu mengarahkan jarum ke arah utara dan selatan, sehingga dengan alat ini maka kita akan dapat menentukan arah yang lain. Yang menjadi permasalahan adalah kita tidak selalu menggunakan/membawa kompas, jika kita tidak membawa kompas maka bisa menggunakan alam sekitar kita sebagai media untuk menentukan arah.

Kompas Silva
Kompas brunton
2. Melihat posisi matahari, posisi matahari terbit di daerah tropis menunjukkan arah timur dan posisi tenggelam menunjukkan arah barat. Melihat posisi matahari hanya bisa digunakan pada siang hari dan efektif pada waktu pagi dan sore hari. Pada pertengahan kita agak kesulitan menentukan arah karena matahari tepat di atas kita.

Matahari pagi terbit di timur.
3. Melihat bangunan rumah ibadah terutama masjid. Pada umumnya bangunan masjid di Indonesia mengarah ke barat atau kiblat masjid akan menunjukkan arah timur dan barat, sehingga kita akan dengan mudah menentukan arah yang lain.

Arah kiblat masjid.
4. Pada malam hari kita dapat melihat ke langit dan mencari rasi bintang yang ada. Sebagai contoh rasi bintang Pari/crux menunjukkan arah selatan. Selain rasi bintang pari ada juga rasi bintang Biduk yang menunjukkan arah utara, rasi bintang Orion yang menunjukkan arah barat dan rasi bintang Scorpio yang menunjukkan arah tenggara.

Rasi bintang pari/crux, menunjukkan arah selatan
Rasi Bintang Orion, menunjukkan arah barat
Rasi Bintang Biduk, menunjukkan arah utara
Rasi Bintang Scorpio, menunjukkan arah tenggara

5. Lumut pada batang pohon. Lumut yang tebal pada batang pohon yang tegak menunjukkan arah matahari terbit, sedangkan lumut yang lebih tipis menunjukkan arah matahari tenggelam.
 Permalink gambar yang terpasang

Salam Lestari
@PendakiJakarta

Selasa, 19 Agustus 2014

MOUNTAINEERING

MOUNTAINEERING

Secara bahasa arti kata Mountaineering adalah teknik mendaki gunung. Ruang lingkup kegiatan Mountaineering sendiri meliputi kegiatan sebagai berikut :

1. Hill Walking/Hiking
Hill walking atau yang lebih dikenal sebagai hiking adalah sebuah kegiatan mendaki daerah perbukitan atau menjelajah kawasan bukit yang biasanya tidak terlalu tinggi dengan derajat kemiringan rata-rata di bawah 45 derajat. Dalam hiking tidak dibutuhkan alat bantu khusus, hanya mengandalkan kedua kaki sebagai media utamanya. Tangan digunakan sesekali untuk memegang tongkat jelajah (di kepramukaan dikenal dengan nama stock atau tongkat pandu) sebagai alat bantu. Jadi hiking ini lebih simpel dan mudah untuk dilakukan.
Level berikutnya dalam mountaineering adalah scrambling. Dalam pelaksanaannya, scrambling merupakan kegiatan mendaki gunung ke wilayah-wilayah dataran tinggi pegunungan (yang lebih tinggi dari bukit) yang kemiringannya lebih ekstrim (kira-kira di atas 45 derajat). Kalau dalam hiking kaki sebagai ‘alat’ utama maka untuk scrambling selain kaki, tangan sangat dibutuhkan sebagai penyeimbang atau membantu gerakan mendaki. Karena derajat kemiringan dataran yang lumayan ekstrim, keseimbangan pendaki perlu dijaga dengan gerakan tangan yang mencari pegangan. Dalam scrambling, tali sebagai alat bantu mulai dibutuhkan untuk menjamin pergerakan naik dan keseimbangan tubuh.
Berbeda dengan hiking dan scrambling, level mountaineering yang paling ekstrim adalah climbing! Climbing mutlak memerlukan alat bantu khusus seperti karabiner, tali panjat, harness, figure of eight, sling, dan sederetan peralatan mountaineering lainnya. Kebutuhan alat bantu itu memang sesuai dengan medan jelajah climbing yang sangat ekstrim. Bayangkan saja, kegiatan climbing ini menggunakan wahana tebing batu yang kemiringannya lebih dari 80 derajat!
Secara garis besarnya untuk melakoni mountaineering pastikan tubuh kalian dalam kondisi sehat, fit, dan stamina oke. Untuk itu olahraga teratur sangat mutlak. Selain itu, kau harus bebas dari semua phobia akan hal-hal yang berkaitan dengan tempat-tempat tinggi dan punya kesiapan rencana yang mantap!
Peralatan dasar kegiatan alam bebas seperti ransel, vedples (botol air), sepatu gunung, pakaian gunung, tenda, misting (rantang masak outdoor), kompor lapangan, topi rimba, peta, kompas, altimeter, pisau, korek, senter, alat tulis, dan matras mutlak dibutuhkan selain alat bantu khusus mountaineering seperti tali houserlite/kernmantel, karabiner, figure of eight, sling, prusik, bolt, webbing, harness, dan alat bantu khusus lainnya yang dibutuhkan sesuai level kegiatannya.


2. Climbing
Climbing adalah olah raga panjat yang dilakukan di tempat yang curam atau tebing. Tebing atau jurang adalah formasi bebatuan yang menjulang secara vertikal. Tebing terbentuk akibat dari erosi. Tebing umumnya ditemukan di daerah pantai, pegunungan dan sepanjang sungai. Tebing umumnya dibentuk oleh bebatuan yang yang tahan terhadap proses erosi dan cuaca.
Di dalam arti yang sebenarnya climbing itu panjat tebing. Tetapi banyak pula orang mengartikan bukan hanya panjat saja dalam kegiatan climbing ini melainkan juga Repling (turun tebing), Pursiking (naik tebing dengan menggunakan tali pursik) dan lain-lain.
Biasanya orang melakukan pemanjatan tebing ini dilakukan dengan konsentrasi yang tinggi, kekuatan tangan, kekuatan kaki, keseimbangan tubuh dijadikan tolak ukur dalam melakukan pemanjatan ini. Panjat tebing bukan hanya di alam tetapi kita bisa di tebing buatan (woll-climbing).
Dalam divisi climbing ini sangatlah mengharapkan peran lembaga STTA dalam melancarkan kegiatannya, yaitu adanya pembuatan woll-climbing. Didalam pembuatan wool-climbing memang memerlukan dana yang cukup besar. Maka dari itu Palastta mengharapkan kerjasama dari pihak manapun untuk dapat bekerja sama dalam pembuatan wool-climbing ini.


3. Rock Climbing
Rock Climbing adalah olah raga fisik dan mental yang mana selalu membutuhkan kekuatan, keseimbangan, kecepatan, ledakan-ledakan tenaga yang didukung dengan kemampuan mental para pelakunya. Ini adalah kegiatan yang sangat berbahaya dan dibutuhkan pengetahuan dan latihan. Olah raga ini juga menggunakan alat-alat panjat yang sangat krusial dan rawan, tetapi dengan teknik dan pengetahuan yang benar, olah raga ini sangat aman untuk dilakukan.


4. Ice and Snow Climbing
Ice and Snow Climbing adalah olah raga fisik dan mental yang mana selalu membutuhkan kekuatan, keseimbangan, kecepatan, ledakan-ledakan tenaga yang didukung dengan kemampuan mental para pelakunya. Ini adalah kegiatan yang sangat berbahaya dan dibutuhkan pengetahuan dan latihan. Olah raga ini juga menggunakan alat-alat panjat yang sangat krusial dan rawan, tetapi dengan teknik dan pengetahuan yang benar, olah raga ini sangat aman untuk dilakukan.

ALAT CLIMBING
1. Tali Pendakian
Fungsi utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila jatuh.Dianjurkan jenis-jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji oleh UIAA, suatu badan yang menguji kekuatan peralatan-peralatan pendakian. Panjang tali dalam pendakian dianjurkan sekitar 50 meter, yang memungkinkan leader dan belayer masih dapat berkomunikasi. Umumnya diameter tali yang dipakai adalah 10-11 mm, tapi sekarang ada yang berkekuatan sama, yang berdiameter 9.8 mm.
Ada dua macam tali pendakian yaitu :
Static Rope, tali pendakian yang kelentirannya mencapai 2-5 % fari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya kaku, umumnya berwarna putih atau hijau. Tali static digunakan untuk rappelling.
Dynamic Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 5-15 % dari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur dan fleksibel. Biasanya berwarna mencolok (merah, jingga, ungu).
2. Carabiner
Adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D, dan mempunyai gate yang berfungsi seperni peniti. Ada 2 jenis carabiner :
• Carabiner Screw Gate (menggunakan kunci pengaman).
• Carabiner Non Screw Gate (tanpa kunci pengaman)
3. Sling
Sling biasanya dibuat dari tabular webbing, terdiri dari beberapa tipe. Fungsi sling antara lain :
• sebagai penghubung
• membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing.
• Mengurangi gaya gesek / memperpanjang point
• Mengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang.
4. Descender
Sebuah alat berbentuk angka delapan. Fungsinya sebagai pembantu menahan gesekan, sehingga dapat membantu pengereman. Biasa digunakan untuk membelay atau rappelling.
5. Ascender
Berbentuk semacam catut yang dapat menggigit apabila diberi beban dan membuka bila dinaikkan. Fungsi utamanya sebagai alat Bantu untuk naik pada tali.
6. Harnes / Tali Tubuh
Alat pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis hernas Seat Harnes, menahan berat badan di pinggang dan paha.Body Harnes, menahan berat badan di dada, pinggang, punggung, dan paha.Harnes ada yang dibuat dengan webbning atau tali, dan ada yang sudah langsung dirakit oleh pabrik.
7. Sepatu
Ada dua jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan :
• Sepatu yang lentur dan fleksibel. Bagian bawah terbuat dari karet yang kuat. Kelenturannya menolong untuk pijakan-pijakan di celah-cleah.
• Sepatu yang tidak lentur/kaku pada bagian bawahnya. Misalnya combat boot. Cocok digunakan pada tebing yang banyak tonjolannya atau tangga-tangga kecil. Gaya tumpuan dapat tertahan oleh bagian depan sepatu.
8. Anchor (Jangkar)
Alat yang dapat dipakai sebagai penahan beban. Tali pendakian dimasukkan pada achor, sehingga pendaki dapat tertahan oleh anchor bila jatuh. Ada dua macam anchor, yaitu :
• Natural Anchor, bias merupakan pohon besar, lubang-lubang di tebing, tonjolan-tonjolan batuan, dan sebagainya.
• Artificial Anchor, anchor buatan yang ditempatkan dan diusahakan ada pada tebing oleh si pendaki. Contoh : chock, piton, bolt, dan lain-lain


Mental, keterampilan, kecerdasan, kekuatan dan daya juang tinggi bagi seorang pendaki merupakan suatu factor penentu dalam aktivitasnya, hal ini disebabkan karena tantangan yang dihadapi mempunyai kualitas sendiri. Kemampuan Navigasi Darat (Peta dan Kompas) serta survival adalah pelajaran yang harus dikuasai.
Pada hakikatnya tantangan dan resiko yang dihadapi merupakan ujian untuk melihat kemampuan diri di tengah kerasnya kehidupan alam, kendala yang dihadapi dalam sebuah perjalanan pendakian berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan perjuangan atas diri sendiri.

JENIS PENDAKIAN

Mendaki gunung mempunyai tingkat dan klasifikasi yang berbeda. Seperti yang selalu kita dengar dengan istilah mountaineering atau istilah lainnya mencakup pengertian perjalanan melintasi bukit hingga ekspedisi ke himalaya, padahal menurut bentuk dan jenis medan yang dihadapi mountaineering terbagi dalam 3 bagian yaitu :

1.Hill Walking/ Fell Walking
Perjalanan mendaki bukit atau gunung-gunung yang relative landai, tanpa membutuhkan peralatan tekhnis, hal utama dalam pendakian ini adalah jaluratau route yang tersedia.misal : perjalanan ke puncak gede
2.Scrambling
Tahap pendakian pada permukaan yang tidak terjal, namun tangan digunakan untuk keseimbangan. Bagi pemula tali sebaiknya dipasang untuk pengaman sekaligus mempermudah perjalanan. Contoh : perjalanan kesekitar gunung gede bila melalui gerbang cibodas.
3.Climbing
Kegiatan pendakian ini membutuhkan penguasaan tekhnik dan penguasaan peralatan. Climbing dibagi 2 macam :
a. Rock climbing yaitu pendakian yang berkisar pada pemanjatan tebing batu yang cukup terjal.
b. Ice Climbing yaitu pemanjatan pada dinding yang permukaannya tertutup salju dan es. Dalam hal ini sangat dibutuhkan peralatan khusus, seperti : ice axe, crampon, ice screw, dll.
- Montaineering
Merupakan gabungan perjalanan dari semua perjalanan di atas. Bisa berhari-hari, berminggu- minggu, bahkan berbulan-bulan. Disamping penguasaan tekhnik mendaki, hal lain yang perlu diperlukan untuk dikuasai adalah menajemen ekspedisi, pengaturan makanan, komunikasi, strategi pendakian dan lainnya contoh : Ekspedisi ke Himalaya.


KLASIFIKASI PENDAKIAN
Klasifikasi pendakian berdasarkan pada tingkat kesulitan medan yang dihadapi
(menurut sierra club)
Kelas 1
Berjalan tegak tanpa memerlukan perlengkapan yang khusus (walking).
Kelas 2
Medan agak sulit, sehingga perlengkapan kaki yang memadai dan penggunaan tangan pembantu keseimbangan sangat diperlukan (scrambling)
Kelas 3
Medan semakin sulit sehingga dibutuhkan tekhnik pemanjatan tertentu, namun tali pengaman belum dibutuhkan (climbing).
Kelas 4
Kesulitan bertambah tali pengaman piton untuk dibutuhkan (exposed climbing)
Kelas 5
Rute yang dialui sulit, namun peralatan (tali,sling, piton,dll) masihberfungsi sebagai pengaman (difficult free climbing).
Kelas 6
Tebing tidak lagi memberikan pegangan, celah, ronggaatau daya geser yangdiperlukan untuk memanjat. Pendakian sepenuhnya bergantung pada peralatan (aided climbing).


Via: @PendakiJakarta

SURVIVAL

Materi Survival




Keberadaan kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain : Keadaan alam (cuaca dan medan), Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan), Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan), Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri.
Dalam keadan tersebut ada beberapa faktor yang menetukan seorang Survivor mampu bertahan atau tidak., antara lain : mental ,kurang lebih 80% kesiapan kita dalm survival terletak dari kesiapan mental kita.
Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :
• Keadaan alam (cuaca dan medan)
• Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
• Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)
Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri.
Definisi Survival
Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini hanyalah menurut versi pencinta alam.


S  : Sadar dalam keadaan gawat darurat
U : Usahakan untuk tetap tenang dan tabah
R : Rasa takut dan putus asa hilangkan
V : Vitalitas tingkatkan
I  : Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya
V : Variasi alam bisa dimanfaatkan
A : Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya
L : Lancar, slaman, slumun, slamet.
Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival tsb, agar dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika anda tersesat yaitu istilah “STOP” yang artinya :

S  : Stop & seating / berhenti dan duduklah
T  : Thingking / berpikirlah
O : Observe / amati keadaan sekitar
: Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan
Kebutuhan survival
Yang harus dipunyai oleh seorang survivor
1. Sikap mental
- Semangat untuk tetap hidup
- Kepercayaan diri
- Akal sehat
- Disiplin dan rencana matang
- Kemampuan belajar dari pengalaman
2. Pengetahuan
- Cara membuat bivak
- Cara memperoleh air
- Cara mendapatkan makanan
- Cara membuat api
- Pengetahuan orientasi medan
- Cara mengatasi gangguan binatang
- Cara mencari pertolongan
3. Pengalaman dan latihan
- Latihan mengidentifikasikan tanaman
- Latihan membuat trap, dll
4. Peralatan
- Kotak survival
- Pisau jungle , dll
5. Kemauan belajar

Langkah yang harus ditempuh bila anda/kelompok anda tersesat :
• Mengkoordinasi anggota
• Melakukan pertolongan pertama
• Melihat kemampuan anggota
• Mengadakan orientasi medan
• Mengadakan penjatahan makanan
• Membuat rencana dan pembagian tugas
• Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia luar
• Membuat jejak dan perhatian
• Mendapatkan pertolongan
Bahaya-bahaya dalam survival
Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain :
1.
Ketegangan dan panik
Pencegahan :
- Sering berlatih
- Berpikir positif dan optimis
- Persiapan fisik dan mental
2. Matahari / panas
- Kelelahan panas
- Kejang panas
- Sengatan panas
Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas :
- Penyakit akut/kronis
- Baru sembuh dari penyakit
- Demam
- Baru memperoleh vaksinasi
- Kurang tidur
- Kelelahan
- Terlalu gemuk
- Penyakit kulit yang merata
- Pernah mengalami sengatan udara panas
- Minum alkohol
- Dehidrasi
Pencegahan keadaan panas :
- Aklimitasi
- Persedian air
- Mengurangi aktivitas
- Garam dapur
- Pakaian :
- Longgar
- Lengan panjang
- Celana pendek
- Kaos oblong
3. Serangan penyakit
- Demam
- Disentri
- Typus
- Malaria
4. Kemerosotan mental
Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik, histeris
Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah
Keadaan lingkungan mencekam
Pencegahan : Usahakan tenang
Banyak berlatih
5. Bahaya binatang beracun dan berbisa
Keracunan
Gejala : Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang
mencret, kejang-kejang seluruh badan, bisa pingsan.
Penyebab : Makanan dan minuman beracun
Pencegahan : Air garam di minum
Minum air sabun mandi panas
Minum teh pekat
Di tohok anak tekaknya
6. Keletihan amat sangat
Pencegahan : Makan makanan berkalori
Membatasi kegiatan
7. Kelaparan
8. Lecet
9. Kedinginan
Untuk penurunan suhu tubuh 30° C bisa menyebabkan kematian.



Membuat Bivak (Shelter)
Tujuan : untuk melindungi dari angin, panas, hujan, dingin
Macam :
a. Shelter asli alam
Gua : Bukan tempat persembunyian binatang
Tidak ada gas beracun
Tidak mudah longsor
b. Shelter buatan dari alam
c. Shelter buatan
Syarat bivak :
Hindari daerah aliran air
Di atas shelter tidak ada dahan pohon mati/rapuh
Bukan sarang nyamuk/serangga
Bahan kuat
Jangan terlalu merusak alam sekitar
Terlindung langsung dari angin
Mengatasi Gangguan Binatang
a. Nyamuk
• Obat nyamuk, autan, dll
• Bunga kluwih dibakar
• Gombal dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk
• Gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk
b. Laron
• Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan
c. Lebah
Apabila disengat lebah :
• Oleskan air bawang merah pada luka berkali-kali
• Tempelkan tanah basah/liat di atas luka
• Jangan dipijit-pijit
• Tempelkan pecahan genting panas di atas luka
d. Lintah
Apabila digigit lintah :
• Teteskan air tembakau pada lintahnya
• Taburkan garam di atas lintahnya
• Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya
• Taburkan abu rokok di atas lintahnya
e. Semut
• Gosokkan obat gosok pada luka gigitan
• Letakkan cabe merah pada jalan semut
• Letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut
f. Kalajengking dan lipan
• Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar
• Ikatlah tubuh di sebelah pangkal yang digigit
• Tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka
• Bobokkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka
• Taburkan garam di sekeliling bivak untuk pencegahan
g. Ular

Membuat Perangkap (Trap)
Macam-macam trap :
• Perangkap model menggantung
• Perangkap tali sederhana
• Perangkap lubang jerat
• Perangkap menimpa
• Apace foot share
Bahan :
• tali/kawat
• Umpan
• Batang kayu
• Cabang pohon
Membaca Jejak
Jenis :
• Jejak buatan : dibuat oleh manusia
• Jejak alami : tanda jejak sebagai tanda keadaan lingkungan
Jejak alami biasanya menyatakan tentang :
• Jenis binatang yang lewat
• Arah gerak binatang
• Besar kecilnya binatang
• Cepat lambatnya gerak binatang
Membaca jejak alami dapat diketahui dari :
• Kotoran yang tersisa
• Pohon atau ranting yang patah
• Lumpur atau tanah yang tercecer di atas rumput
Air
Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 – 30 hari tanpa makan, tapi orang tsb hanya dapat bertahan hidup 3 – 5 hari saja tanpa air.
Air yang tidak perlu dimurnikan :
1. Hujan
Tampung dengan ponco atau-daun yang lebar dan alirkan ke tempat penampungan
2. Dari tanaman rambat/rotan
Potong setinggi mungkin lalu potong pada bagian dekat tanah, air yang menetes dapat langsung ditampung atau diteteskan ke dalam mulut
3. Dari tanaman
Air yang terdapat pada bunga (kantung semar) dan lumut
Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu :
1. Air sungai besar
2.
Air sungai tergenang
3. Air yang didapatkan dengan menggali pasir di pantai (+ 5 meter dari batas pasang surut)
4. Air di daerah sungai yang kering, caranya dengan menggali lubang di bawah batuan
5. Air dari batang pisang, caranya tebang batang pohon pisang, sehingga yang tersisa tinggal bawahnya lalu buat lubang maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan
Makanan
Patokan memilih makanan :
• Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia
• Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok
• Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo
• Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan-lengan-bibir-lidah, tunggu sesaat. Apabila aman bisa dimakan
• Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam Hubungan air dan makanan
• Untuk air yang mengandung karbohidrat memerlukan air yang sedikit
• Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan
• Makanan yang mengandung protein butuh air yang banyak
Tumbuhan yang dapat dimakan
Dari batangnya :
• Batang pohon pisang (putihnya)
• Bambu yang masih muda (rebung)
• Pakis dalamnya berwarna putih
• Sagu dalamnya berwarna putih
• Tebu
Dari daunnya :
• Selada air
• Rasamala (yang masih muda)
• Daun mlinjo
• Singkong
Akar dan umbinya :
• Ubi jalar, talas, singkong
Buahnya :
• Arbei, asam jawa, juwet
Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya :
• Jamur merang, jamur kayu
Ciri-ciri jamur beracun :
• Mempunyai warna mencolok
• Baunya tidak sedap
• Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning
• Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan
• Bila diraba mudah hancur
• Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya
• Tumbuh dari kotoran hewan
• Mengeluarkan getah putih
Binatang yang bisa dimakan
• Belalang
• Jangkrik
• Tempayak putih (gendon)
• Cacing
• Jenis burung
• Laron
• Lebah , larva, madu
• Siput
• Kadal : bagian belakang dan ekor
• Katak hijau
• Ular : 1/3 bagian tubuh tengahnya
• Binatang besar lainnya
Binatang yang tidak bisa dimakan
• Mengandung bisa : lipan dan kalajengking
• Mengandung racun : penyu laut
• Mengandung bau yang khas : sigung
Api
Bila mempunyai bahan untuk membuat api, yang perlu diperhatikan adalah jangan membuat api terlalu besar tetapi buatlah api yang kecil beberapa buah, hal ini lebih baik dan panas yang dihasilkan merata.
1. Dengan lensa / Kaca pembesar
Fokuskan sinar pada satu titik dimana diletakkan bahan yang mudah terbakar.
2. Gesekan kayu dengan kayu.
Cara ini adalah cara yang paling susah, caranya dengan menggesek-gesekkan dua buah batang kayu sehingga panas dan kemudian dekatkan bahan penyala, sehingga terbakar
3. Busur dan gurdi
Buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu atau parasut, gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap dan sediakan bahan penyala agar mudah tebakar.
Bahan penyala yang baik adalah kawul terdapat pada dasar kelapa, atau daun aren
Survival kit
Ialah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam perjalanan :
• Perlengkapan memancing
• Pisau
• Tali kecil
• Senter
• Cermin suryakanta, cermin kecil
• Peluit
• Korek api yang disimpan dalam tempat kedap air
• Tablet garam, norit
• Obat-obatan pribadi
• Jarum + benang + peniti
• dll.



Via: @PendakiJakarta

KODE ETIK PECINTA ALAM

Kode Etik Pecinta Alam Indonesia



“PECINTA ALAM INDONESIA SADAR BAHWA ALAM BESERTA ISINYA ADALAH CIPTAAN TUHAN YANG MAHA ESA “

“PECINTA ALAM INDONESIA SEBAGAI BAGIAN DARI MASYARAKAT INDONESIA SADAR AKAN TANGGUNG JAWAB KAMI KEPADA TUHAN, BANGSA DAN TANAH AIR ”

”PECINTA LAM INDONESIA SADAR BAHWA PECINTA ALAM ADALAH SEBAGAI MAKHLUK YANG MENCINTAI ALAM SEBAGAI ANUGERAH TUHAN YANG MAHA ESA “

Sesuai dengan hakekat diatas kami dengan kesadaran menyatakan :
  1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam sesuai dengan kebutuhannya.
  3. Mengabdi kepada Bangsa dan Tanah Air.
  4. Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar serta menghargai manusia dan kerabatnya.
  5. Berusaha mempererat tali persaudaraan antara pecinta alam sesuai dengan azas pecinta alam
  6. Berusaha saling membantu serta menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, Bangsa dan Tanah air.
  7. Selesai.
Disahkan dalam forum gladian nasional ke IV
Di ujung pandang tanggal 29 januari 1974
Pukul 01.00 WITA



Via: @PendakiJakarta

MATERI NAVIGASI DARAT

Pendahuluan




Sebagai orang yang mengaku dekat dengan alam, pengetahuan peta dan kompas serta cara penggunaannya mutlak dan harus dimiliki. Perjalanan ke tempat-tempat yang jauh dan tidak dikenal akan lebih mudah. Pengetahuan bernavigasi darat ini juga berguna bila suatu saat tenaga kita diperlukan untuk usaha-usaha pencarian dan penyelamatan korban kecelakaan atau tersesat di gunung dan hutan, dan juga untuk keperluan olahraga antara lain lomba orienteering. Navigasi darat adalah suatu cara seseorang untuk menentukan posisi dan arah perjalanan baik di medan sebenarnya atau di peta, dan oleh sebab itulah pengetahuan tentang kompas dan peta serta teknik penggunaannya haruslah dimiliki dan dipahami. 
Peta
Secara umum, peta adalah penggambaran dua dimensi(pada bidang datar) keseluruhan atau sebagian dari permukaan bumi yang diproyeksikan dengan perbandingan/skala tertentu. Peta sendiri, kemudian berkembang sesuai dengan kebutuhan dan penggunaannya.Untuk keperluan navigasi darat umumnya digunakan peta topografi.
Peta Topografi
Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti menggambar. Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Walaupun peta topografi memetakan tiap interval ketinggian tertentu, namun disertakan pula berbagai keterangan pula yang akan membantu untuk mengetahui secara lebih jauh mengenai daerah permukaan bumi yang terpetakan tersebut, keterangan-keterangan itu disebut legenda peta.

Legenda peta antara lain berisi tentang :
a. Judul Peta
Judul peta ada dibagian tengah atas. judul peta menyatakan lokasi yang ditunjukkan oleh peta yang bersangkutan, sehingga lokasi yang berbeda akan mempunyai judul yang berbeda pula.

b. Nomor Peta
Nomor peta biasanya dicantumkan diselah kanan atas peta. Selain sebagai nomor regisrtasi dari badan pembuat, nomor peta juga berguna sebagai petunjuk jika kita memerlukan peta daerah lain disekitar suatu daerah yang terpetakan. Biasanya di bagian bawah disertakan pula lembar derajat yang mencantumkan nomor-nomor peta yang ada disekeliling peta tersebut.

c. Koordinat Peta
Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yaitu garis-garis yang saling berpotongan tegak lurus. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua, yaitu :
1. Koordinat Geografis
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus terhadap katulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan katulistiwa. Koodinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit, dan detik.
2. Koordinat Grid
Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak terhadap suatu titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan nol terdapat disebelah barat Jakarta (60 derajat LU, 68 derajat BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan garis horizontal diberi nomor urut dari barat ke timur.
Sistem koordinat mengenal penomoran dengan 6 angka, 8 angka dan 10 angka. Untuk daerah yang luas dipakai penomoran 6 angka, untuk daerah yang lebih sempit digunakan penomoran 8 angka dan 10 angka (biasanya 10 angka dihasilkan oleh GPS). 

d. Kontur
Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian sama dari permukaan laut, sifat-sifat garis kontur adalah :
1. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.
2. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.
3. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang.
4. Interval kontur biasanya 1/2000 kali skala peta.
5. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi yang curam/terjal, sebaliknya yang renggang menandakan permukaan bumi yang landai.
6. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan punggungan gunung.
7. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" terbalik menandakan suatu lembah/jurang.

e. Skala Peta
Skala peta adalah perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak horizontal di lapangan. Ada dua macam cara penulisan skala, yaitu :
1. Skala angka, contoh : 1:25.000 berarti 1 cm jarak dipeta = 25.000 cm (250 m) jarak horizontal di medan sebenarnya.

2. Skala garis, contoh: berarti tiap bagian sepanjang blok garis mewakili 1 km jarak horizontal.

f. Legenda Peta
Legenda peta biasanya disertakan pada bagian bawah peta. Legenda ini memuat simbol-simbol yang dipakai pada peta tersebut, yang penting diketahui : triangulasi, jalan setapak, jalan raya, sungai, pemukiman, ladang, sawah, hutan dan lainnya. Di Indonesia, peta yang umumnya digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, kemudian peta dari Jawatan Topologi, atau yang sering disebut peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960. Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.
g. Tahun Peta
Peta topografi juga memuat keterangan tentang tahun pembuatan peta tersebut, semakin baru tahun pembuatannya, maka data yang disajikan semakin akurat.

h. Arah Peta
Yang perlu diperhatikan adalah arah Utara Peta. Cara paling mudah adalah dengan memperhatikan arah huruf-huruf tulisan yang ada pada peta. Arah atas tulisan adalah Arah Utara Peta.Pada bagian bawah peta biasanya juga terdapat petunjuk arah utara yaitu :
1. Utara sebenarnya/True North : yaitu utara yang mengarah pada kutub utara bumi.
2. Utara Magnetis/Magnetic North : yaitu utara yang ditunjuk oleh jarum magnetis kompas, dan letaknya tidak tepat di kutub    utara bumi.
3. Utara Peta/Map North : yaitu arah utara yang terdapat pada peta.
Kutub utara magnetis bumi letaknya tidak bertepatan dengan kutub utara bumi. Karena pengaruh rotasi bumi, letak kutub magnetis bumi bergeser dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, untuk keperluan yang menuntut ketelitian perlu dipertimbambangkan adanya iktilaf(deklinasi) peta, iktilaf magnetis, iktilaf peta magnetis, dan variasi magnetis.
1.  Deklinasi Peta:adalah beda sudut antara sebenarnya dengan utara peta. Ini terjadi karena perataan jarak paralel garis bujur peta bumi menjadi garis koordinat vertikal yang digambarkan pada peta.
2.  Deklinasi Magnetis: Selisih beda sudut utara sebenarnya dengan utara magnetis
3.  Deklinasi Peta magnetis:Selisih besarnya sudut utara peta dengan utara magnetis bumi.
4.  variasi Magnetis:perubahan/pergeseran letak kutub magnetis bumi pertahun.


Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu menunjuk arah utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang sebenarnya, tapi utara magnetis). Secara fisik, kompas terdiri dari :
• Badan, tempat komponen lainnya berada
• Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan megnet lain/tidak dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak terganggu/peta dalam posisi horizontal.
•Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin.
Jenis kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni
  • Kompas bidik (misal kompas prisma) dan
  • kompas orienteering (misal kompas silva, suunto dll).

Orientasi Peta
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau dengan kata lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda dipeta adalah benar. Langkah-langkah orientasi peta:
1.Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok.
2.Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar
3. Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan sebenarnya
4.Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan 5.

Resection
Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas dalam peta dan dapat dibidik pada medan sebenarnya (untuk latihan resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebun the misalnya, agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas).
Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti. Langkah-langkah melakukan resection:
1.Lakukan orientasi peta
2. Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
3.Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut (untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik-B2).
4.Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
5.Pindahkan sudut back azimuth bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan.
6.Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta.

Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau tidak diketahui posisinya di peta.
Syaratnya, sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan resection terlebih dahulu.
Langkah-langkah melakukan intersection adalah:
1. Lakukan orientasi peta
2. Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
3.Bidik obyek yang kita amati
4.Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
5. Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1-3
6.Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.

Azimuth - Back Azimuth
Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth.
Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam resection back azimuth diperoleh dengan cara:

•Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth adalah azimuth dikurangi 180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back azimuthnya adalah 200º - 180º = 20º

•Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya adalah 180º ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh azimuth 160º, maka back azimuthnya adalah 180º+160º = 340º
Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat melakukan ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan).
Selain itu sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut kompas (lurus/ man to man-biasa digunakan untuk “Kompas Bintang”). Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke depan dan ke belakang pada jarak tertentu.


Via: @PendakiJakarta