Selasa, 23 September 2014

MENGATASI INSOMNIA

BEBERAPA TIPS MENGATASI INSOMIA



* Buatlah waktu tidur dan bangun yang teratur, dan tetap ikuti jadwal ini sekalipun kalian sedang libur. * Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur. Bukan untuk membaca, nonton televisi, atau bahkan bekerja. Terlalu lama berada di atas tempat tidur dapat memecah-mecah siklus tidur normal.

* Bila tidak perlu, sebaiknya hindari tidur siang, atau sore.

* Lakukan latihan fisik sebelum makan malam. Latihan fisik yang dilakukan dekat dengan jam tidur malah akan membuat kalian menjadi mudah terjaga.

* Mandi dengan air panas, paling baik dilakukan 1½ – 2 jam sebelum tidur. Hal ini akan mengubah irama suhu inti tubuh dan membantu untuk tertidur lebih mudah dan lebih lama. Hindari mandi beberapa saat sebelum tidur.

* Lakukan aktivitas relaksasi sedikitnya ½ jam menjelang tidur, seperti membaca bahan yang ringan atau meditasi.

* Jaga agar suhu kamar relatif sejuk dan memiliki ventilasi yang baik

* Saat tidur jangan melihat jam berulang kali. Kalian akan mudah terobsesi dengan waktu sehingga justru akan sukar untuk mengantuk.

* Makan malam sebaiknya ringan dan dijadwal sedikitnya 4 – 5 jam sebelum waktu tidur. Kadang-kadang makanan ringan sebelum tidur dapat membantu, namun bila kalian makan banyak sebelum tidur dapat memberi efek sebaliknya.

* Biasakan mendapat sinar matahari pagi sedikitnya ½ jam setiap hari.

* Hindari minum terlalu banyak, terutama yang mengandung kafein, sebelum tidur agar tidur tidak terganggu oleh keinginan untuk buang air kecil.

* Jika kalian masih terjaga setelah 15 atau 20 menit, pergilah ke ruangan lain yang cahayanya redup dan lakukan aktivitas ringan yang tenang. Hindari nonton televisi atau beraktivitas pada ruangan yang terang.

* Metode lain yang juga dapat dilakukan adalah mengubah cara berpikir kalian. Umumnya bila sulit tidur, akan memaksa tidur sambil memejamkan mata dan berulang-ulang berpikir untuk tertidur. Lakukanlah hal sebaliknya!!! tetap buka mata kalian sambil berpikir untuk tetap terjaga (seperti hendak begadang). Kenyataannya, seringkali justru dengan berpikir untuk tetap terjaga, kalian malah akan mengantuk.

Semoga bermanfaat.


@PendakiJakarta

Senin, 15 September 2014

Pendaki Gunung BUKANLAH hanya Gelar yang cuma untuk Gagah-gagahan dan sekedar Simbol saja".

"Pendaki Gunung BUKANLAH hanya Gelar yang cuma untuk Gagah-gagahan dan sekedar Simbol saja".


Banyak hal yang perlu diperhatikan sebelum kita melakukan kegiatan pendakian gunung.
Barang kali ada diantara kita masih ada yang pemula dalam kegiatan pendakian.
Sebelumnya kami mohon maaf, ini tidak ada maksud untuk menggurui, namun ini hanya bentuk tanggung jawab kita untuk saling berbagi ilmu
Semoga ilmunya bermanfaat yaa,, Silahkan disimak...



Milikilah pengetahuan tentang ilmu pendakian sebelum memulai mendaki. Jika kita ingin melakukan pendakian ke suatu tempat namun kita masih merasa kurang pengetahuan, usahakan melakukan perjalanan dengan orang yang sudah pernah ke tempat tersebut/yang lebih berpengalaman. Sebelum kita memulai pendakian, alangkah baiknya kita mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang medan/gunung yang akan kita daki agar bisa menyiapkan segala kebutuhan dan perlengkapan yang dibutuhkan saat pendakian. Dan perlu diingat, "Jangan menomor duakan keselamatan yang hanya karena sebuah ambisi utk menggapai sebuah puncak". 




Mendaki gunung itu adalah suatu kegiatan yang keras, penuh petualangan, membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan, dan daya juang yang sangat tinggi dalam melakukannya. Puncak adalah tujuan, tapi bukanlah yang utama. Yang utama adalah prosesnya dalam menggapai sebuah puncak itu sendiri. Pada umumnya orang menganggap bahwa mendaki gunung itu apabila sudah sampai puncaknya, maka itulah yang namanya "Keberhasilan". Nah,  "Keberhasilan yang sungguh-sungguh bernilai tinggi" adalah justru apa yang telah di dapat / di pelajari dalam proses pendakiannya, Dan kepuasan terbesar sesungguhnya bukanlah karena kita telah sampai dipuncak gunung tersebut, tetapi karena kita telah melalui tantangan yang terasa begitu berat. Gunung bukanlah untuk di taklukkan, Karena, bukanlah gunung ataupun lautan yang kita taklukan, Tapi, "hawa nafsulah yang harus kita taklukan".
Jangan pernah meremehkan setiap peraturan/tata tertib yang ada di suatu daerah/tempat, walaupun itu kita anggap aneh dan tidak masuk akal. Mendaki itu janganlah hanya sekedar mendaki, ambil dan pahamilah semua pelajaran yang kita dapat saat pendakian, dan terapkanlah dalam kehidupan kita sehari-hari..
Tidak ada seorangpun Pendaki Gunung Sejati yang rela mati konyol saat mendaki, yang hanya dikarenakan minimnya pengetahuan tentang pendakian. Seorang pendaki gunung pada dasarnya menghadapi dua jenis rintangan ketika melakukan kegiatannya. Satu kata dalam berkegiatan di alam terbuka adalah “Alam tak kenal kata kompromi”. Di saat lengah dan takut alam dapat membunuh seorang petualang / pendaki. Seseorang yang profesional sekalipun mempunyai resiko yang sama ketika ia menempatkan dirinya di alam bebas. 



Untuk melakukan segala aktivitas apa pun perlu adanya perencanaan yang matang. Begitu pun dalam hal pendakian, perencanaan yang matang perlu sekali dipikirkan sebelum perjalanan pendakian dimulai. Semakin matang kita merencanakannya, maka risiko dalam perjalanan pendakian akan dapat diminimalisasi.
Akhir-akhir ini banyak kejadian kecelakaan dalam kegiatan di alam terbuka yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan maupun keterampilan yang dimiliki oleh para penggiatnya. Sesungguhnya hal ini dapat dihindarkan dengan memberikan pembekalan pengetahuan dan keterampilan sehingga para penggiat kegiatan alam terbuka mempunyai kemampuan yang memadai.



Dalam merencanakan dan melakukan perjalanan, tentunya harus dilakukan persiapan yang baik, sehingga kegiatan dapat dilakukan dengan aman dan nyaman, sehingga dapat pulang dengan selamat. Setiap penggiat juga harus membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengatasi kesulitan yang mungkin saja muncul, seperti kecelakaan, sakit, atau tersesat.
Faktor keselamatan (safety) harus dijadikan kerangka berfikir dalam berkegiatan di alam terbuka. Untuk keadaan berbahaya, dapat dilakukan penggolongan faktor penyebabnya, yaitu bahaya subyektif dan bahaya obyektif. Bahaya subyektif adalah potensi bayaha yang berada dibawah kendali manusia yang melakukan kegiatan. Contohnya, minimya pengetahuan tentang kegiatan di alam bebas,pemilihan alat yang salah, cara penggunaan peralatan yang tidak dikuasai dengan baik dan lain-lain. Bahaya obyektif adalah bahaya yang berada di luar kendali manusia, misalnya badai, banjir, panas, dan lain-lain. Semakin subyektif suatu bahaya maka akan semakin dapat diperkirakan terjadinya dan dapat dihindarkan. Sebaliknya, semakin obyektif suatu bahaya maka akan semakin sulit diperkirakan dan sulit dihindarkan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan kegiatan di alam terbuka guna menjadikan kegiatan yang akan dilaksanakan menjadi kegiatan yang tetap mengutamakan kenyamanan serta keselamatan.



Keberhasilan suatu kegiatan di alam terbuka juga ditentukan oleh perencanaan perlengkapan dan perbekalan yang tepat. Dalam merencanakannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
  • Kenalilah jenis medan yang akan dihadapi (misal : hutan, rawa, tebing, dll)
  • Tentukanlah tujuan perjalanan (misal : penjelajahan, pelatihan, penelitian, kemanusiaan/SAR, dll)
  • Ketahuilah lamanya perjalanan
  • Ketahuilah keterbatasan kemampuan fisik untuk membawa
  • Perhatikan hal-hal khusus (misal : obat,-obatan tertentu, dsb)
Setelah mengetahui hal-hal tersebut, maka kita dapat memilih perlengkapan dan perbekalan yang sesuai dan selengkap mungkin, tetapi bebannya tidak melebihi kemampuan kita dalam membawanya.Dan jangan merasa diri kita kuat lalu kita membawa beban yang berlebihan/semau kita.Perhitungan beban total untuk perorangan sebaiknya tidak melebihi sepertiga berat badan (15-20kg).

Dari kegiatan penjelajahan kita mengenal beberapa jenis perjalanan yang disesuaikan dengan medannya, yaitu :
  • Pendakian Gunung
  • Perjalanan Menempuh Hutan Rimba
  • Penyusuran Pantai, Sungai atau Rawa
  • Penyusuran Gua
  • Pelayaran
  • Perjalanan Ilmiah
  • Perjalanan Kemanusiaan
Dan dari setiap kegiatan tersebut, kita dapat mengelompokkan perlengkapan yang dibawa sebagai berikut :
  1. Perlengkapan dasar, meliputi : perlengkapan untuk pergerakan, ; perlengkapan untuk memasak, makan, minum ; perlengkapan untuk MCK ; perlengkapan pribadi
  2. Perlengkapan Khusus, meliputi : perlengapan penelitian (misal: kamera, buku, dan alat-alat khusus lainnya) ; perlengkapan penyusuran sungai (misal : perahu, dayung, pelampung, dll) ; perlengkapan pendakian tebing (misal : tali, carabiner, chock, piton, dsb)
  3. Perlengkapan tambahan perlengkapan ini dapat dibawa atau tidak, misal : semir, kelambu, gaiter, dll
Tahapan dalam perencanaan perjalanan adalah sebagai berikut :
  1. Kita harus dibekali dengan kemampuan untuk memilih, mengatur, serta menggunakan perlengkapan dan perbekalan ; kemampuan teknis menggunakan alat bantu perjalanan, seperti peta dan kompas ; kemampuan berkemah (camp craft) seperti membuat bivak dan api. Penguasaan keterampilan ini akan membantu kita mengatur teknik berjalan di gunung hutan, menebas dengan efektif, maupun mengatur konsumsi makan dan minum.
  2. Diperlukan kemampuan fisik yang baik, sehingga selain diperlukan kondisi tubuh yang sehat, juga diperlukan latihan fisik yang sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan. Misalnya untuk pendakian gunung, latihan fisik naik turun bukit dapat dilakukan dalam persiapan perjalanan, selain itu juga latihan mengangkat beban (ransel).
  3. Diperlukan mental yang siap untuk menghadapi kegiatan berat di alam. Hal ini tidak dapat diajarkan oleh pelatih, namun harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri. Penguasaan yang baik pada tiga ketrampilan lainnya akan sangat membantu.
  4. Diperlukan pemahaman yang baik terhadap kondisi alam yang akan dihadapi dan mencakup bagaimana memilih waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan dan bagaimana cara mengantisipasi kesulitan yang mungkin terjadi.


Pendaki gunung itu bukanlah hanya gelar yang cuma untuk Gagah-gagahan dan sekedar simbol saja. Karena kesombongan itu bukanlah pada manusia tempatnya dan buat apa kita berbusung dada yang hanya karena kita sebagai anggota pecinta alam dan bahkan mungkin pengetahuan kita pun tentang pendakian belumlah seberapa. Dan mendaki gunung itu jangan hanya asal mendaki, jangan hanya sekedar ikut-ikutan semata-mata karena hanya ingin dinilai bahwa kita adalah pendaki gunung/anak gunung/anggota pecinta alam. Dan jangan karena sebuah film kita jadi ingin langsung merasakan mendaki gunung (korban film). Perlu di ingat bahwa, mendaki gunung itu Nyawalah taruhannya. Karena banyak dari korban yang tewas di gunung disebabkan antara lain karena minimnya pengetahuan tentang pendakian serta menomor satukan ego ketimbang keselamatannya. "Kita ditempa bukan untuk berani mati, tapi kita ditempa untuk berani hidup". Carilah ilmu atau pengetahuan sebanyak mungkin sebelum melakukan kegiatan ini.

Dan satu hal lagi yang wajib dan penting untuk diperhatikan dalam kegiatan di alam bebas adalah masalah "SAMPAH". Sangat super jarang sebuah organisasi/kelompok pecinta alam yang mengupas masalah sampah di gunung saat menyampaikan atau memberikan materi atau pendidikan kepecintaan alaman. Kebanyakan yang ditemui hanyalah sekedar mengingatkan supaya membawa turun kembali sampah saat mengadakan pendakian. Dan sangatlah jarang atau bahkan tidak ada materi tentang sampah atau bahayanya sampah yang diberikan. Kebanyakan pengetahuan tersebut di dapat melalui seminar-seminar tentang kebersihan. Nah, di organisasi saja sudah begitu apalagi yang berasal dari non organisasi/perorangan. Gunung tidaklah sama seperti kota yang memiliki banyak petugas kebersihan. Oleh karena itu kebersihan di gunung/hutan adalah tanggung jawab para pendaki sendiri dan bukanlah tanggung jawab pemerintah ataupun warga setempat. Bermacam-macam gaya kita bisa lakukan di gunung, tapi cuma satu gaya yang sangatlah terpuji dan patut di contoh, yaitu "Membawa sampah turun kembali".
Jangan pernah mempunyai anggapan,"Anggap gunung itu rumah kita sendiri". Sebab biasanya orang yang punya anggapan seperti ini akan berbuat seenaknya saja karena merasa rumahnya sendiri. Untuk membersihkan rumahnya saja sudah ogah-ogahan, gimana untuk membersihkan gunung..??
Anggap diri kita ini adalah tamu, Jika kita menganggap diri kita adalah tamu, maka kita pun akan menghormati tuan rumahnya dan tidak akan seenaknya berbuat. Jadilah tamu yang mempunyai sopan santun, datang memberi salam kepada semua yang di rumah kita sopan santun pulang pun memberi salam, jangan seperti maling, Datang tanpa salam lalu merusak, mencuri, dan lain-lain pulang pun tanpa salam.
Kita pun bertekad untuk menjadi pendaki yang bertanggung jawab dengan limbah/kotoran kita.Selain kita masih ada anak cucu kita yang nantinya juga akan merasakan atau menikmati indahnya alam ini.
Selanjutnya, jika ada yang mencemari bahkan merusak, kewajiban kita adalah untuk saling mengingatkan. Dengan mengingatkan saja itu merupakan bentuk kepedulian kita untuk dirinya, lingkungan dan warga. Marilah kita berlomba-lomba untuk saling mengingatkan dalam kebaikan.














Permalink gambar yang terpasang

Perlu di ingat:

"Gunung bukanlah tempat sampah"
Marilah kita mulai dari diri kita masing-masing, tanamkanlah rasa kepedulian kita yang tinggi terhadap kebersihan alam ini, sebab :
"KITA TIDAK BISA MEMUSNAHKAN SAMPAH HINGGA TUNTAS, TAPI KITA HANYA BISA MENGURANGINYA ATAS KESADARAN DARI DIRI KITA MASING-MASING". 
"Bawalah turun kembali sampah kalian saat melakukan pendakian".

Janganlah jadi pendaki yang hanya menikmati keindahan alamnya saja dan tidak memperhatikan / memperdulikan kebersihannya. Buktikan bahwa kita adalah pendaki profesional yang mendaki tidaklah asal mendaki.

3 Etika yang merupakan prinsip dasar dalam kegiatan petualangan yaitu :
*Take Nothing But Picture
*Leave Nothing But Footprint
*Kill Nothing But Time.







Oh alam,,, engkau adalah korban keangkuhan,, Maafkan mereka yang merusak, mencorat-coret, mengotori dirimu... mereka adalah orang-orang yang tak mengerti akan arti kehidupan..

Manusia yang baik adalah manusia yang tidak merusak lingkungan....!!!




by: @PendakiJakarta
Picture Cc: @Trashbagcomm

Rabu, 03 September 2014

Pendaki Harus Bisa Mandiri

PENDAKI SELALU BERUSAHA BERDIRI SENDIRI TANPA HARUS BELAS KASIH ORANG LAIN


Menaklukkan puncak gunung bukanlah tujuan utama dan bukan pula tujuan satu-satunya dari sebuah pendakian. Mendaki gunung itu bukan untuk menaklukkan alam/gunung, tetapi justru untuk menaklukkan diri sendiri. Dengan menghancurkan ego pribadi, seorang pendaki sejati bisa berdamai dan bersahabat dengan dirinya sendiri. Puncak yang paling tinggi dari pendakian itu adalah menaklukkan ego, kemanjaan, serta sifat individualis. Makna sebuah pendakian itu sendiri bukanlah hanya untuk mengejar sebuah puncak gunung yang sedang didaki. Pencapaian puncak tertinggi akan lebih bermakna jika sampai ke puncak bersama dengan rombongan walau dalam keadaan susah dan senang.
3 prinsip bagi para pendaki, yaitu;
1) Jangan mengambil sesuatu kecuali gambar
2) Jangan meninggalkan sesuatu kecuali jejak
3) Jangan membunuh sesuatu kecuali waktu.

3 hal itulah yang selalu tertanam di benak & sanubari sang pendaki sejati. Sehingga mereka menjadi pribadi yang santun & pengertian. Jika tidak, maka patutlah kita mengatakan bahwa ia bukanlah seorang pendaki, tapi ia hanyalah seorang "pecundang".

Jadilah Pendaki Sejati yang benar-benar menjunjung tinggi nilai-nilai Kode Etik dan Prinsip/Etika Pecinta Alam. Mendaki gunung itu adalah kebersamaan, persaudaraan, dan saling ketergantungan antar sesama. Para pendaki bukanlah orang-orang yang tak berguna.Tetapi mereka adalah jiwa2 yang tulus dan penuh rasa menghargai.
Dan tidaklah mudah untuk bisa menjadi salah satu dari mereka. Karena di butuhkan orang2 yg memiliki perasaan yg sama tentang alam semesta, yaitu cinta. Prinsip seorang pendaki adalah, bahwa ketika kita peduli dengan alam, berarti kita telah peduli dengan kehidupan. Dalam sikap yang peduli dengan kehidupan itu, maka kita pun bisa lebih peduli dengan saudara, tetangga, bahkan musuh kita sendiri.
Mendaki gunung adalah suatu kegiatan yang keras, penuh petualangan, membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan, dan daya juang yg tinggi. Gunung dengan segala aspeknya merupakan lingkungan yang asing bagi organ tubuh kita, lebih-lebih bagi mereka yang hidup di dataran rendah. Itulah sebabnya mengapa kita memerlukan perlengkapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan di gunung. Bahaya dan tantangan yang seakan hendak mengungguli, merupakan daya tarik dari kegiatan ini.
Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah menguji kemampuan dirinya untuk bersekutu dengan alam yang keras. Perlengkapan yang baik adalah salah satu usaha untuk mengurangi bahaya di gunung, baik obyek maupun subyek. Keberhasilan suatu pendakian yang sukar dan sulit brarti keunggulan terhadap rasa takut dan kmenangan thdp perjuangan mlawan dirinya sendiri.
Jangan remehkan peraturan-peraturan yang ada di suatu daerah / tempat, walaupun itu kita anggap tidaklah masuk akal.

Kalo akhir-akhir ini terlansir berita mengenai kecelakaan di gunung, dan kesalahan banyak dilakukan oleh si pendaki itu sendiri. Tidak ada seorangpun Pendaki Sejati yang rela mati konyol saat mendaki, yang hanya dikarenakan minimnya pngetahuan ttg pendakian.

Satu kata dalam berkegiatan di alam terbuka, yaitu :
“Alam Tak Kenal Kata Kompromi”.

Seseorang yang profesional sekalipun mempunyai resiko yang sama ketika ia menempatkan dirinya di alam bebas. Di saat lengah dan takut alam dapat membunuh seorang petualang/pendaki.
Utamakan keselamatan dan kebersihan di setiap pendakian.


@Pendaki Jakarta

Selasa, 02 September 2014

Berpetualang Di Alam Bebas

Berpetualang Di Alam Bebas Itu Tak Cuma "Having Fun"

 

Indonesia memiliki tekstur alam yang lengkap, mulai pantai, gunung, sungai, dan danau. Masing-masing tempat tersebut memiliki ciri khas masing-masing. Contohnya, pantai berpasir putih di Anyer, taman edelweis di Gn. Papandayan, atau kawah di Gn. Tangkuban Perahu.
Warna-warni alam ini yang sangat mendukung kegiatan para petualang. Anda cukup memilih ingin menjelajah ke daerah mana. Hal ini pula yang menjadi daya tarik turis mancanegara untuk berwisata ke tanah air. Begitu banyak pilihan tempat yang kita tawarkan.
Hobi bertualang ternyata tidak sekedar mencari kesenangan. Tahukah Anda, begitu banyak manfaat yang bisa didapat dari aktivitas ini.
Pertama, melatih manajemen diri. Kegiatan semisal mendaki gunung bukanlah aktivitas yang serta-merta dapat langsung Anda lakukan. Saat sarapan Anda terpikir untuk mendaki sebuah gunung, dan siangnya langsung berangkat. Tentu tidak bisa seperti itu. Terlalu banyak resiko yang akan terjadi.
Kegiatan di alam bebas termasuk mengandung bahaya, sehingga dibutuhkan perencaaan yang matang. Bukan hanya perencanaan, karena fungsi manajemen  mencakup Planning (perencanaan), Organizing (mengorganisasi), Actuating, dan Controlling.
Perencanaan dimulai dengan menentukan tujuan Anda kemana, waktunya kapan, dan berapa lama. Dari tiga poin ini, Anda dapat mengukur kebutuhan operasi (pergerakan), perbekalan, logistik, transportasi, administrasi, dan pembiayaan. Semakin berat medan yang dituju, maka semakin rumit pula perencanaannya.
Organizing dilakukan setelah Anda membuat perencanaan. Bagilah tugas bersama tim, dan usahakan menjalankannya dengan komitmen. Siapa yang bertanggung jawab masalah perbekalan, administrasi, bendahara, dll harus melaksanakan tugas secara profesional. Dengan mengorganisasi, diharapkan Anda dan tim lebih siap melakukan perjalanan.
Kemudian,  Anda tinggal melakukan perjalanan sesuai dengan daftar operasi yang sudah dibuat. Bila ada perbedaan, contohnya biaya bus lebih mahal, bisa dijadikan catatan. Siapa tahu bisa menjadi bahan referensi untuk perjalanan selanjutnya ataupun kerabat Anda.
Operasi ini juga didukung oleh fungsi controlling, agar perjalanan semakin sesuai dengan perencanaan. Bila sesuai, tentu saja perjalanan akan lebih aman dan menyenangkan. Bahaya yang mengancam, seperti hujan, dingin, dan track yang berat, sudah terprediksi. Itulah manfaat kegiatan alam bebas dalam hal melatih manajemen.
Kedua, menumbuhkan sikap-sikap positif. Mulai dari segi manajemennya, Anda sudah dilatih untuk bersikap tanggung jawab, konsisten, dan kooperatif. Lebih lanjut, ketika sudah terjun melakukan kegiatan, diharapkan Anda mempunyai sikap berani, kreatif, dan sigap.
Berani berarti hati yang mantap disertai rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya dan kesulitan. Bahaya dan kesulitan tersebut tentu saja yang masih dalam batas ‘bisa ditangani’.
Memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan, atau membuat sesuatu yang beda. Itulah makna kreatif, yang juga dapat dilatih dengan berkegiatan di alam bebas. Contohnya, Anda bisa menggunakan daun pisang untuk alas makan, ataupun Anda dapat membuat alas empuk dari rerumputan untuk alas tidur.
Kondisi alam yang tidak bisa terprediksi, semisal langit yang cerah tiba-tiba hujan, tentu menuntut penanganan. Hal inilah yang melatih kesigapan. Sigap mengandung makna tangkas, cepat, dan kuat.
Pada akhirnya, semua sikap yang Anda bentuk dari kegiatan di alam bebas diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, menyalurkan hobi. Anda dapat mensinergikan hobi dengan kegiatan bertualang. Contoh, sambil melakukan perjalanan Anda melatih minat fotografi, menulis (puisi, pengalaman, berpen), atau melukis. Kaum hawa pun bisa menyalurkan hobi memasaknya dalam suasana yang lebih asri. Pasti mengasyikan melakukan hobi di alam terbuka.
Anda yang memiliki jiwa seni, tentu saja senang menghabiskan waktu di luar ruangan. Inspirasi kerap muncul dari warna-warni alam. Lakukanlah penghayatan, dan selanjutnya pikiran Anda akan terstimulasi untuk menciptakan sesuatu.
Keempat,  lebih mengetahui diri. Secara fitrah, manusia adalah makhluk individu juga makhluk sosial, yang artinya Anda tidak bisa hidup tanpa orang lain. Namun, ada kalanya Anda butuh waktu untuk berinteraksi dengan diri sendiri.

Semilir angin pantai, sejuk hijaunya pepohonan, dan gemericik air sungai mampu membawa suasana yang menyenangkan. Hal ini tentu saja berpengaruh positif bagi jiwa. Anda pun dapat berinteraksi dengan diri sendiri dalam situasi ini. Biarkan pengalaman masa lalu menjadi halaman awal buku yang kembali Anda buka. Coba renungkan segala pencapaian dan kegagalan yang Anda alami. Selanjutnya, Anda dapat menghasilkan energi positif untuk menghadapi hari esok.
Selain dari segi batiniah, Anda juga dapat mengetahui diri secara lahiriah (fisik). Seberapa jauh kekuatan kaki Anda melangkah, berapa kuat Anda menanggung beban ransel, atau berapa jauh Anda dapat berenang. Selanjutnya, Anda akan mencoba untuk menjalani petualangan sekuat mungkin.
Pada akhirnya, pengenalan fisik diri sendiri membawa Anda kepada pola hidup yang lebih sehat. Karena merasa kurang atau ingin menambah kemampuan, Anda akan terdorong untuk melatih tubuh.
Kelima, membentuk kecintaan terhadap lingkungan. Setelah bertualang, ada sebuah keinginan untuk Anda kembali ke tempat ini, ataupun merekomendasikannya kepada kerabat. Anda kemudian merasa terpanggil untuk menjaga alam, minimal tidak membuang sampah sembarangan. Sikap ini tidak hanya bermanfaat untuk alam dan Anda sendiri, tetapi juga orang lain yang turut serta menikmati keasriannya.
Kecintaan terhadap lingkungan bukanlah hal yang remeh. Lihat saja kondisi kota-kota besar yang sekarang semakin menjemukan. Motor, mobil, dan bus memenuhi jalan, mengepulkan CO2. Rumah-rumah saling berhimpitan. Lahan hijau pun menipis, termasuk pula tempat pembuangan sampah yang ideal. Parahnya, sampah dapat dibuang dimana saja sesuka hati. Tidak ada aturan yang diaplikasikan dengan tegas.
Jangan heran bila banjir kerap tiba. Sampah telah menyumbat saluran pembuangan, sehingga air hujan pun menggenang. Sistem respirasi tanah tidak berjalan, karena tanahnya sudah berganti dengan aspal. Oleh karena itu, sikap cinta terhadap lingkungan penting adanya. Hal ini berguna untuk menjaga kelestarian alam yang berdampak pada kehidupan manusia.
Itulah 5 manfaat bertualang di alam bebas. So, kapan Anda akan memulai petualangan?


 

@PendakiJakarta