Prioritaskan Keselamatan Saat Di Gunung
by: Pendaki Jakarta
Jangan meremehkan setiap peraturan/tata tertib yang ada di suatu
daerah/tempat, walaupun itu kita anggap aneh dan tidak masuk akal..
Bermacam-macam gaya kita bisa lakukan di gunung, tapi cuma satu gaya
yang sangatlah terpuji dan patut di contoh, yaitu "Membawa sampah turun
kembali". Mendaki itu janganlah hanya sekedar mendaki, ambil dan
pahamilah semua pelajaran yang kita dapat saat pendakian, dan terapkanlah dalam kehidupan kita sehari-hari..
Tidak ada seorangpun Pendaki Gunung Sejati yang rela mati konyol saat
mendaki, yang hanya dikarenakan minimnya pengetahuan tentang pendakian.
Seorang pendaki gunung pada dasarnya menghadapi dua jenis rintangan
ketika melakukan kegiatannya. Rintangan yang pertama sifatnya ekstern,
artinya rintangan itu datang dari obyek yang sedang dihadapi. Obyek itu
adalah gunung, dan rintangan yang dihadapinya itu berupa cuaca atau
medan berat. Dan bahaya yang ditimbulkannya disebut juga bahaya obyek
(objective danger). Rintangan jenis kedua sifatnya intern, yaitu
rintangan yang datangnya dari si pendaki gunung itu sendiri. Kalau si
pendaki gunung itu tidak mempersiapkan diri dengan baik, maka rintangan
itu akan datang dari dirinya sendiri. Bahaya yang timbul ini disebut
juga dengan bahaya subyek ( subjective danger ). Pada hakekatnya bahaya
dan tantangan tersebut adalah menguji kemampuan dirinya untuk bersekutu
dengan alam yang pada umumnya orang menganggap bahwa mendaki gunung kalo sduah
sampai puncaknya, maka itulah yang namanya "Keberhasilan".
Di
Indonesia, bahaya obyek bagi pendaki gunung itu secara umum tidaklah
terlalu besar. Karena keterjalan gunung - gunungnya relatif tidak
seberapa terjal jika dibandingkan dengan keterjalan gunung-gunung yang
ada di negara lain. Suhu udaranya pun tidak terlalu dingin, terutama
dibandingkan dengan gunung - gunung di daerah subtropis. Cuacanya pun
hanya dipengaruhi oleh dua musim, yaitu musim kering dan musim hujan.
Kecelakaan di gunung selama ini kebanyakan disebabkan karena kesalahan
yang dilakukan oleh si pendaki itu sendiri, karena masih banyak segi
yang belum memadai untuk dirinya sendiri. Perlengkapan mendaki gunung
adalah pokok pemikiran pertama bagi setiap pendaki gunung. Sebab,
"Perlengkapan yang baik adalah salah satu usaha utk mengurangi bahaya di
gunung, baik obyek maupun subyek, obyek maupun subyek". Gunung dengan
segala aspeknya merupakan lingkungan yang asing bagi organ tubuh kita,
lebih-lebih bagi mereka yang hidup di dataran rendah.
Milikilah
pengetahuan tentang ilmu pendakian sebelum memulai mendaki. Jika kita
merasa kurang pengetahuan, Usahakan melakukan perjalanan dengan orang
yang sudah pernah ke tempat tersebut/yang lebih berpengalaman. Sebelum
kita memulai pendakian, alangkah baiknya kita mencari informasi
sebanyak-banyaknya tentang medan/gunung yang akan kita daki agar bisa
menyiapkan sgala kebutuhan dan perlengkapan yang dibutuhkan saat
pendakian. Dan perlu diingat, "Jangan menomor duakan keselamatan hanya
karena sebuah ambisi utk menggapai puncak". Mendaki gunung itu adalah
suatu kegiatan yang keras, penuh petualangan, membutuhkan keterampilan,
kecerdasan, kekuatan, dan daya juang yang sangat tinggi dalam
melakukannya. Puncak adalah tujuan, tapi bukanlah yang utama,, yang
utama adalah prosesnya dalam menggapai puncak itu sendiri. Pada umumnya
orang menganggap bahwa mendaki gunung kalo sudah sampai puncaknya, maka
itulah yang namanya "Keberhasilan". "Keberhasilan yang sungguh-sungguh
bernilai tinggi" adalah justru apa yang telah di dapat / di pelajari
dalam proses pendakiannya, Dan kepuasan terbesar sesungguhnya bukanlah
karena kita telah sampai dipuncak gunung, tetapi karena kita telah
melalui tantangan yang terasa begitu berat. Gunung bukanlah untuk di
taklukkan, Karena, bukanlah gunung ataupun lautan yang kita taklukan,
Tapi hawa nafsulah yang harus kita taklukan.
Jangan paksakan untuk
melanjutkan kegiatan jika kondisi badan sedang tidak sehat. Karena itu
akan membuat keadaan kita semakin terpuruk. Lebih baik gagal daripada
pulang tanpa nyawa. Satu kata dalam berkegiatan di alam terbuka adalah
“Alam tak kenal kata kompromi”. Di saat lengah dan takut alam dapat
membunuh seorang petualang/pendaki. Seseorang yang profesional sekalipun
mempunyai resiko yang sama ketika ia menempatkan dirinya di alam bebas.
"Priority remains the safety of the climbing."
@PendakiJakarta -->> Twitter
Pendaki Jakarta -->> Facebook
Pendaki Jakarta -->> Instagram
Pendaki Jakarta -->> Path
Tidak ada komentar:
Posting Komentar